27 March 2010

Kaum Nabi Luth Alaf Moden


Beberapa berita yang hangat tentang kewujudan generasi Kaum Sodom (Kaum Nabi Luth) yang terdapat di Indonesia. Apa sudah jadi? Jangan fikir ia tidak wujud di Malaysia.

Parti Susilo sokong kongres homoseksual

JAKARTA - Ahli politik dari Parti Demokratik pimpinan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono semalam menyokong hak sekumpulan gay dan lesbian untuk mengadakan kongres untuk golongan itu.

Demokrat menegaskan bahawa golongan homoseksual mempunyai hak perlembagaan untuk mengadakan kongres pada bila-bila masa dan di mana saja.

Pengerusi Suruhanjaya Undang-Undang dan Hak Asasi Manusia Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Benny Kabur Harman berkata, kebebasan mengadakan kongres adalah hak asasi asas bagi setiap warganegara.

"Gay dan lesbian adalah warganegara, di mana hak undang-undang dan politik mereka dijamin dan dilindungi oleh Perlembagaan," katanya.

Menurutnya, Perlembagaan Indonesia menjamin dan melindungi kebebasan rakyat dalam menyuarakan pendapat dan berhimpun.

Kerajaan tiada alasan untuk menghalang golongan itu menganjurkan kongres, katanya.

link : http://www.sinarharian.com.my/com/content/story7239516.asp

FUI: Mereka Ingin Status Gay dan Lesbi Mereka Diakui

FUI menilai, kedatangan peserta kongres gay dan lesbian ini sebagai upaya pengakuan status gender mereka

Hidayatullah.com—Perilaku gay dan lesbian bagi Forum Umat Islam (FUI) Jatim merupakan tindakan dilarang. Karena itulah, kedatangan FUI dilakukan bukan dengan tujuan anarkisme, melainkan untuk mengingatkan dengan baik. Demikian diakui Ketua Aksi dari FUI, KH. Choiruddin atas aksinya membatalkan pelaksanaan Konferensi Gay, Lesbian dan Biseksual se-Asia (ILGA).

“Kita katakan kepada mereka jika gay dan lesbian haram. Karena akan mengundang azab Allah,” tegasnya kepada hidayatullah.com di sela-sela aksi.

Menurut FUI acara aksi kaum gay dan lesbi tersebut bisa merusak moral bangsa. Pondasi moral bangsa yang agamis ini bias hancur hanya gara-gara tindakan seperti itu.
FUI menilai, kedatangan peserta kongres gay dan lesbian ini sebagai upaya legislasi status gender mereka. Sebagaimana dikatakan Arukat Djaswadi saat konferensi pers dengan pihak Sake Scharringa, General Maneger Hotel Oval, tempat menginap peserta kongres gay dan lesbian, Jumat (26/3) malam.

“Mereka ingin meminta agar status sebagai gay, lesbian dan biseksual diakui oleh pemerintah sebagaimana di Eropa,” tegasnya di depan wartawan. Lebih jauh, jika hal itu berhasil, maka mereka ingin status Kartu Tanda Penduduk (KTP) juga berubah.

FIU menilai, perbuahan status tersebut menurutnya bisa merusak tatanan hidup manusia dan sosial yang ada.

Kesepakatan

Sebagaimana diketahui, Jumat (26/3) malam, FUI berhasil menemukan tempat menginap para peserta kongres. Kehadiran rombongan FUI sempat mengagetkan. Dalam kesempatan itu, berhasil melakukan kesepakatan antara Forum Umat Islam (FUI) Surabaya, Kepala Polres Surabaya Selatan AKBP Bahagia Daci, perwakilan Panitia Konferensi Pujianti, dan seluruh peserta konferensi.

Hasil kesepakatan, peserta kongres harus bisa meninggalkan hotel paling lambat pukul 24.00 malam Jumat (26/3) malam. Sedangkan untuk peserta luar negeri menyesuaikan jadwal penerbangan, “ujarnya kepada hidayatullah.com.

Meski demikian, FUI akan terus memantau agar hasil kesepakatan itu agar tidak lagi dibohongi seperti kasus sebelumnya.

link : http://hidayatullah.com/berita/lokal/11193-fui-mereka-ingin-status-gay-dan-lesbi-mereka-diakui

Malam Ini Peserta Konferensi Gay akan Meninggalkan Hotel

Pukul 24.00 ini, peserta Konferensi Gay Se-Asia harus meninggalkan hotel. Seperti diduga sebelumnya, mereka masih di Surabaya

Hidayatullah.com—Menurut rencana, malam ini, sekitar pukul 24.00 WIB, peserta Konferensi Gay dan Lesbian Se-Asia disepakati harus mulai meninggalkan hotel tempat mereka menginap.

Kesepakatan ini merupakan hasil negosiasi antara Forum Umat Islam (FUI) Surabaya, Kepala Polres Surabaya Selatan AKBP Bahagia Daci, perwakilan Panitia Konferensi Pujianti, dan seluruh peserta konferensi.

Menurut Arukan Jaswadi, salah satu jurubicara dari FUI, waktu meninggalkan hotel disepakati dua tahap. Tahap pertama untuk peserta lokal dan tahap kedua untuk peserta internasional.

“Yang berasal dari Indonesia harus meninggalkan hotel paling lambat pukul 24.00 malam nanti. Sedangkan untuk peserta luar negeri menyesuaikan jadwal penerbangan, “ujarnya kepada hidayatullah.com.

"Kita juga sepakat, peserta konferensi tidak boleh memberikan pernyataan apapun kepada media," ujar Arukat. Peserta konferensi juga dilarang menggelar pertemuan apapun yang menyangkut isu-isu terkait gay, lesbian dan biseksual.

Usai kesepakatan, perwakilan massa dari FUI berangsur–angsur meninggalkan hotel. Namun, beberapa perwakilan mereka tetap berada di hotel untuk mengawasi hingga pukul 24.00 nanti. Mereka ingin memastikan, apakah peserta konferensi gay benar-benar meninggalkan hotel atau tidak.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, peserta Konferensi Gay, Lesbian dan Biseksual se-Asia (ILGA), yang semula dijadwalkan mengadakan acara di Hotel Mercure, Surabaya ternyata berpindah di Hotel Oval, di Jalan Diponegoro, Surabaya, tempat mereka menginap selama ini. Namun acara itu dikemas seperti pertemuan biasa.

Meski diselenggarakan secara diam-diam, tak urung massa dari FUI telah mencium kegiatan mereka.

Sultan Ikut Menolak

Di tempat terpisah, dari Yogyakarta, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Gubernur Daerah Istimewa (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X juga ikut menolak wacana Yogyakarta dijadikan tempat konferensi International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, and Intersex Association (ILGA) Ke-4 tingkat Asia.

"Yogyakarta sebagai kota budaya tidak etis untuk dijadikan ajang seperti itu. Di tempat lain saja tidak diizinkan, kok di Yogyakarta malah mau diizinkan," katanya di Yogyakarta, Jumat (26/3).

Menurutnya, wacana menjadikan Yogyakarta sebagai tuan rumah konferensi ILGA Ke-4 tingkat Asia, dari sudut pandang hak asasi manusia memang konferensi tersebut bisa digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri komunitas itu.

"Namun, hal itu juga harus dipandang dari sudut etis atau tidak. Jadi, soal etis juga harus dijadikan pertimbangan pemberian izin penyelenggaraan konferensi tersebut," kata Sultan yang juga Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dengan pertimbangan tersebut, menurut dia, konferensi ILGA semestinya tidak mungkin digelar di Yogyakarta. Apalagi, di tempat lain wacana penyelenggaraan konferensi ILGA juga telah ditolak.

"Jadi, penolakan wacana penyelenggaraan konferensi tersebut diambil dengan mempertimbangkan soal etis. Berhubung dinilai tidak etis, wacana penyelenggaraan konferensi itu di sejumlah tempat di Indonesia ditolak," katanya.

Ia mengatakan, hingga saat ini belum ada konfirmasi dari siapapun terkait wacana Yogyakarta dijadikan tuan rumah konferensi tersebut. Penyelenggaraan konferensi ILGA di Yogyakarta masih sebatas wacana.

"Saya sampai saat ini belum dihubungi oleh siapapun terkait pelaksanaan konferensi tersebut, karena untuk izin penyelenggaraan kewenangannya bukan di tempat saya tetapi di Kapolda DIY, tentunya dengan mempertimbangkan soal etis," katanya

link : http://hidayatullah.com/berita/lokal/11191-malam-ini-peserta-konfrensi-gay-akan-meninggalkan-hotel

Peserta Kongres Gay ke Batu dengan Dalih Wisatawan

Ditolak di berbagai tempat, Konferensi Gay dan Lesbian akhirnya menuju Batu, Malang, dan Jogja. Berdalih wisata?

Hidayatullah.com--Konferensi Regional International Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, dan Intersex Association (ILGA) yang sedianya digelar hari ini (26/3), akhirnya gagal. Gagalnya acara tersebut setelah mendapat penolakan keras dan tidak turunnya izin dari kepolisian.

Namun berhubung peserta dari luar negeri telah berdatangan, akhirnya hanya menjadi wisatawan.

“Ya, akhirnya mereka menjadi wisatawan,” ujar Ketua Gaya Nusantara, Rafhael Dakosta kepada hidayatullah.com tadi pagi.

Acara tersebut pun, yang menurut sejumlah kabar akan diadakan secara sembunyi-sembunyi, tidak dibenarkannya. “Nggak diadakan secara sembuyi-sembuyi juga kok,” imbuhnya.

Sementara ketika ditanya apakah acara pindah ke Batu, Malang, dan Jogjakarta, ia mengatakan, di dua tempat tersebut juga tidak mendapat izin dari kepolisian. Namun, tambahnya, sejumlah peserta telah berangkat ke Batu, Malang, dan Jogja sebagai wisatawan

link : http://hidayatullah.com/berita/lokal/11186-peserta-kongres-gay-ke-batu-dengan-dalih-wisatawan

0 comments:

Post a Comment

 

Ibnu Ir Fadzil Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal